BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan
kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran
hasil konsepsi yang hidup di dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Namun
beberapa kasus seperti plasenta previa, pre eklamsi, gawat janin, kelainan
letak dan janin besar, serta gemelly, membuat persalinan melalui vagina dapat
meningkatkan resiko kematian pada ibu dan bayi sehingga perlu satu cara
alternatif lain dengan mengeluarkan hasil konsepsi melalui pembuatan sayatan
pada dinding uterus melalui dinding perut yang disebut sectio caesaria (Muchtar
R., 1998).
Sectio caesaria adalah
suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan
uterus. Akan tetapi persalinan melalui sectio caesaria bukanlah alternatif yang
lebih aman karena diperlukan pengawasan khusus terhadap indikasi dilakukannya
sectio caesaria, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan berdampak
pada kematian ibu (Wiknjosastro, 2005).
Namun dewasa ini sectio
caesaria jauh lebih aman daripada dulu berkat kemajuan dalam antibiotika,
transfusi darah, anestesi dan teknik operasi yang lebih sempurna. Karena itu, saat ini ada kecenderungan untuk
melakukan operasi tanpa dasar indikasi yang cukup kuat (Muchtar R., 1998).
Adapun indikasi
dilakukannya sectio caesaria diantaranya adalah plasenta previa, panggul
sempit, dispropori sofalo-pelvik, ruptur uteri mengancam, partus lama tak maju,
distosia serviks, pre eklamsi, hipertensi, letak janin, gemelly, hidrocephalus,
bayi besar dan gawat janin (Muchtar R., 1998).
Gemelly adalah satu
kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan gemelly selalu menarik
perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat pada umumnya. Wanita dengan
kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan perhatian khusus untuk hasil yang
memuaskan bagi ibu dan janin. Berbagai faktor mempengaruhi frekuensi kehamilan
kembar seperti bangsa, herediter, umur dan partus ibu (Wiknjosastro, 2005).
Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mengatakan bahwa persalinan dengan bedah sectio caesaria adalah sekitar 10-15%
dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang. Di Indonesia sendiri
presentasi operasi sectio caesaria sekitar 5%. Kematian ibu akibat operasi
sectio caesaria itu sendiri menunjukan 1 per 1000 persalinan, untuk kasus karena
infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan
pervaginam (2007). Komplikasi sekitar pada anestesi sekitar 10% dari seluruh
angka kematian ibu (Wiknjosastro, 2005).
Berdasarkan data yang diperoleh
di RSUD dr. Soeselo Slawi jumlah pasien sectio caesaria pada tahun 2010 jumlah partus 2.035, partus section
caesaria dengan gemelly 358 (17,5%), sedangkan di tahun 2011 jumlah partus
2.138 orang, sedangkan partus section caesaria dengan indikasi gemelly 403
(18,8%).
Berdasarkan uraian di atas
penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam suatu karya tulis
ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESARIA INDIKASI GEMELLY DI RUANG NUSA INDAH RSUD dr. SOESELO SLAWI”.
B.
TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan
keperawatan pada Ny. M dengan post sectio caesaria dengan indikasi gemelly di Ruang Nusa Indah RSUD dr.
Soeselo Slawi.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mampu
melakukan pengkajian dan menganalisa data untuk menetapkan diagnosa keperawatan
pada klien dengan post sectio
caesaria dengan indikasi gemelly.
b.
Mampu
menyusun rencana keperawatan sesuai dengan masalah yang timbul.
c.
Mampu
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
dibuat.
d.
Mampu
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan berdasarkan kriteria tujuan.
e.
Mampu
mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dengan post sectio caesaria dengan indikasi gemelly.
C.
METODE
PENULISAN
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskritif,
dengan pendekatan study kasus dimana dengan pengkajian dan penelaahan suatu
kasus tertentu berdasarkan fakta-fakta yang ada kemudian fakta-fakta tersebut
dijelaskan secara narasi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam laporan ini yaitu meliputi ;
1. Study Kasus
a.
Wawancara
Wawancara merupakan pembicaraan
terarah yang umumnya diselenggarakan pada pertemuan tatap muka baik dengan
klien maupun keluarga klien dengan tujuan
untuk mengungkapkan dan memperoleh data subjektif yang akurat dan dapat
dipercaya. Wawancara ini dapat dilakukan antara perawat dengan
keluarga klien (allo anamnesa) dan klien dengan petugas kesehatan (auto
anamnesa).
b.
Observasi
Observasi adalah pemeriksaan untuk mengumpulkan data melalui
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dan dilakukan secara menyeluruh
memandang klien sebagai makhluk yang holistik dengan tujuan untuk mengetahui
atau memastikan batas dimensi angka, irama, kualitas atau ukuran tertentu.
c.
Dokumenter
Study dokumenter adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan melihat catatan medik dan status pasien baik sekarang maupun yang telah
lalu, dengan tujuan untuk memperoleh data objektif yang lengkap.
2. Study Kepustakaan
Study kepustakaan merupakan bahan penunjang dalam menyusun karya
tulis ini yang berasal dari buku – buku yang berhubungan dengan kasus yang
dibahas, sehingga dapat diperoleh keterangan dan dasar-dasar teori mengenai
pengertian yang bersifat definitif dalam hubungannya dengan kasus yang diambil.
D.
SISTEMATIKA
PENULISAN
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan sistematika
yang terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN
KASUS
A. Pengkajian
B. Analisa Data
C. Prioritas Masalah
D. Intervensi
E. Implementasi
F. Evaluasi
BAB III PEMBAHASAN
A.
Pengkajian
B.
Diagnosa Keperawatan
- Intervensi
- Implementasi
- Evaluasi
BAB 1V PENUTUP
A. Simpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN
POST OPERASI SECTIO
CAESARIA INDIKASI GEMELLY
DI RUANG NUSA INDAH RSUD dr. SOESELO SLAWI
Nama
Mahasiswa :
Yuli Ika Rakhmawati
Hari /
tanggal masuk RS : Rabu / 12 Desember 2011 / 09.30 WIB
Hari /
tanggal pengkajian : Kamis / 13 Desember 2011 / 08.00 WIB
Ruang Rumah
Sakit : Ruang Nusa Indah
Tempat : RSUD dr. Soeselo Slawi
A.
PENGKAJIAN
1.
BIODATA
a.
Identitas
Klien
Nama : Ny. M
Umur : 28 Tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Status : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan
: SMU
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan
: Ibu Rumah
Tangga
Alamat : Dukuh Wringin Rt. 4 Rw. 2 Slawi Tegal
No. RM :
10.12.10.
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. T
Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Dukuh Waringin Rt. 4
Rw. 2 Slawi Tegal
Hubungan dengan klien :
Suami
2. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah setelah operasi
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien
mengatakan napasnya sesak setelah operasi, klien merasakan nyeri pada perut
bagian bawah dengan kriteria:
P : Setelah dilakukan operasi.
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
R : Perut bagian bawah.
S : Nyeri dengan
skala 6.
T : Pada saat di gerakan.
3.
RIWAYAT
KEHAMILAN
Klien mengatakan ini adalah hamil yang
pertama. Klien tiap bulan rutin memeriksakan kandungannya ke bidan. Klien
datang ke RSUD dr. Soeselo kiriman bidan Erni Fatimah dengan G1 P0
A0 dengan gemelly. Klien juga mengatakan seminggu yang lalu periksa
ke RS Adelia di USG dengan hasil detak jantung janin bayi pertama 148
kali/menit, bayi kedua 140 kali/menit. Tinggi fundus uterus 41 cm, belum ada
tanda-tanda persalinan.
4.
RIWAYAT
KELUARGA BERENCANA
Klien mengatakan belum pernah
menggunakan KB, karena klien sangat mengharapkan seorang anak.
5.
SIKLUS
MENARCHE
Klien mengatakan haid pertama umur 15 tahun dengan siklus 28 hari, haid lancar setiap bulan. Klien
mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 3 Maret 2011 dan perkiraan
lahirnya tanggal 10 Desember 2011
6.
RIWAYAT
KESEHATAN YANG LALU
Klien mengatakan belum pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya, klien tidak memiliki penyakit asma,
hipertensi, jantung dan diabetes militus serta tidak memiliki penyakit menular
dan tidak memiliki alergi.
7.
RIWAYAT
KELUARGA
Klien mengatakan dalam anggota keluarganya
tidak ada yang melahirkan secara SC tetapi kalau melahirkan kembar ada yaitu
ibu dari klien merupakan anak kembar. Klien
mengatakan tidak mempunyai riwayat asma, jantung, kencing manis dan
alergi serta tidak mempunyai riwayat penyakit menular dan keturunan.
8.
RIWAYAT
PSIKOSOSIAL
Klien mengatakan jika ada masalah klien
terbuka dengan suami dan keluarga. Klien senang karena anaknya lahir dengan
sehat.
9.
KEBIASAAN
SEHARI-HARI
a.
Nutrisi
Sebelum
sakit :
|
Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu nasi lauk pauk sayur mayur, setiap kali makan habis 1 porsi dan minum air putih
5 – 7 gelas sehari.
|
Selama sakit
:
|
Klien mengatakan belum boleh makan sebelum klien flatus (kentut).
|
b.
Eliminasi
Sebelum
sakit :
|
Klien mengatakan BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi lembek, warna coklat kekuningan dan BAK kurang
lebih 4 – 5 kali dalam satu hari dengan konsistensi jernih dan berbau khas.
|
Selama sakit
:
|
Klien mengatakan belum BAB, klien BAK dengan
menggunakan kateter no.16 jumlah urine 1500 cc dengan warna kuning pekat.
|
c.
Istirahat
atau tidur
Sebelum
sakit :
|
Klien mengatakan istirahat di rumah biasanya
kurang lebih 8 jam, dari jam 21.00 - 05.00 WIB dan kadang-kadang tidur siang
kurang lebih 1 jam, dari jam 13.00 - 14.00 WIB
|
Selama sakit
:
|
Klien mengatakan tidur malam 5 – 6 jam , dari jam 22.30 – 04.30 WIB.
Klien sering terbangun karena merasa nyeri pada luka bagian perut bawah
setelah di operasi, kantong mata klien terlihat agak hitam, klien tampak
lelah.
|
d.
Kebersihan
diri
Sebelum
sakit:
|
Klien mengatakan di rumah
setiap hari mandi kurang lebih 2 kali pagi dan sore dan klien juga selalu
berhias setiap selesai mandi.
|
Selama
sakit :
|
Klien mengatakan tidak mandi, klien hanya dilap dengan menggunakan
waslap dan air hangat yang dilakukan oleh perawat.
|
10. PEMERIKSAAN FISIK
a.
Pemeriksaan Umum
1)
Keadaan Umum : Baik
2)
Kesadaran :
Composmetis
3)
Tanda - Tanda Vital
a) Tekanan darah :
100 / 70 mmHg
b) Denyut nadi : 80 kali / menit
c) Suhu tubuh : 360C
d) Pernafasan :
29 kali / menit
4) Berat Badan : 60 kg
5) Tinggi Badan : 154 cm
b. Pemeriksaan Head To
Toe
1)
Kepala
a)
Wajah
dan kulit kepala
Klien berwajah simetris, kulit kepala bersih,
rambut hitam panjang bersih dan tidak ada ketombe, ekpresi wajah merintih
menahan nyeri dan tidak ada nyeri tekan.
b)
Mata
Kedua mata klien simetris, tidak ada oedema
pada kedua palpebrae, tidak ada radang, sekrela an ikterik, konjungtiva an
anemis, kantong mata terlihat agak
hitam, tidak ada penonjolan pada kedua mata klien dan penglihatan klien normal.
c)
Hidung
Keadaan hidung bersih, tidak ada radang, tidak
ada polip, tidak ada
secret atau cairan dan
tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, terpasang O2dengan 2 liter/menit.
d)
Telinga
Kedua telinga klien simetris, keadaan canalis
bersih, tidak ada serumen, indra pendengaran masih normal, klien tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
e)
Mulut
Keadaan gigi bersih, tidak ada karang gigi atau
karies, tidak menggunakan gigi palsu, gusi merah tidak ada radang, lidah agak
kotor, bibir tidak sianosis dan kering.
2)
Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada kelainan kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran vena
jugularis, tidak ada nyeri tekan.
3)
Thorak
dan Paru - Paru
Bentuk dada simetris, pergerakan dada teratur,
pernapasan vesikuler, frekuensi 29 kali / menit, tidak ada nyeri tekan, tidak
terdapat suara tambahan, napasnya tersengal-sengal.
4)
Jantung
Jantung klien normal, ictus cordis nampak dan
teraba di IC 3, bunyi jantung I lub bunyi jantung II dub, nadi 80 kali / menit.
5)
Abdomen
Bentuk abdomen normal, datar, TFU 2 jari di bawah pusat, terdapat luka jahitan
post SC dengan panjang 10 cm, terdapat nyeri tekan disekitar luka, terdapat
bunyi peristaltik 12 kali / menit, terdapat bunyi timpani, kalau buat bergerak
terasa sakit.
6)
Ginjal
Tidak ada nyeri tekan pada kedua ginjal klien
kiri dan kanan saat perkusi dan palpasi.
7)
Genetalia
Vagina klien terpasang kateter no.16 jumlah
urin 1500 cc, warnanya kuning pekat, tidak ada luka pada perineum, keluar
sedikit darah post partum, warna merah segar, baunya khas amis, lochea rubra,
tidak terdapat hemoroid eksternal maupun internal.
8)
Muskuloskeletal
a)
Ekstremitas
atas
Bentuk simetris, tangan kanan
terpasang infus RL 20 tetes / menit, tidak terdapat lesi, kulit lembab, tidak
ada oedema.
b)
Ekstremitas
bawah
Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada lesi
atau jaringan parut, tidak ada tremor dan tidak ada nyeri tekan.
9)
Integumen
Turgor kulit baik, warna kuning langsat, kulit
lembab, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada lesi.
11. TERAPI
Tabel 1. Terapi yang diberikan
JENIS
OBAT
|
DOSIS
|
CARA
PEMBERIAN
|
Infus
RL
Ceftriaxon
Ketorolac
Drainage
Cateter
|
20
tetes / menit
3 x 1
gram
3 x 1
ampul
-
|
IV
IV
IM
Uretra
|
12.
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Tabel 2. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 13 Desember 2011
PARAMETER
|
HASIL
|
SATUAN
|
NILAI NORMAL
|
Haematologi
Hemoglobin
|
12,6
|
g/dl
|
M : 14 – 18 F :
12 – 16
|
B.
ANALISA DATA
Tabel. 3 Analisa Data.
No
|
Tanggal
|
Data Fokus
|
Etiologi
|
Problem
|
1
|
13-12-2011
|
DS :
- Klien mengatakan sesak napas setelah operasi.
DO :
- Respirasi 29 kali / menit.
- Napas tersengal-sengal
- Terpasang O2: 2 liter/mnt
|
Hipoventilasi
|
Pola napas tidak efektif
|
2
|
13-12-2011
|
DS :
- Klien mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah setelah operasi.
P :
Setelah dilakukan
operasi.
Q :
Nyeri seperti ditusuk-
tusuk.
R : perut
bagian bawah.
S : Nyeri dengan skala 6.
T : Pada saat digerakan.
DO :
- Klien tampak merintih menahan nyeri.
- Terdapat luka post op pada perut bagian bawah
kurang lebih 10 cm .
- Terdapat nyeri tekan.
- RR 29 kali / menit.
|
Agen
cedera
|
Nyeri Akut
|
3
|
13-12-2011
|
DS :
- Klien mengatakan sering terbangun karena
nyeri pada perut bagian bawah
DO :
- Klien tampak lelah dan kantong mata agak
hitam
- Tidur malam 5-6 jam
22.30 WIB - 04.30 WIB
|
Nyeri
|
Gangguan
pola tidur
|
4
|
13-12-2011
|
DS :
- Klien mengatakan
balutan luka kapan
diganti.
DO :
- Terdapat luka post
operasi pada perut
bagian bawah kurang
lebih 10 cm.
- Terpasang DC no.16
- Terpasang infus RL 20 tetes/menit.
- Hemoglobin : 12,6 gr/dl.
|
Prosedur
invasif
|
Resiko
tinggi infeksi
|
C.
DAFTAR MASALAH
Tabel. 4 Daftar Masalah
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tanggal Timbul Masalah
|
Tanggal Teratasi
|
Paraf
|
1
|
Pola napas tidak efektif
berhubungan dengan hipoventilasi.
|
13/12/2011
|
13/12/2011
|
|
2
|
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera.
|
13/12/2011
|
|
|
3
|
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
|
13/12/2011
|
|
|
4
|
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan, prosedur invasif.
|
13/12/2011
|
|
|
D.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tabel. 5 Rencana Keperawatan
No.
|
Tanggal
|
Dx. Kep
|
Tujuan & Kriteria
|
Rencana
|
Paraf
|
1
|
13/12/2011
|
I
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan klien tidak sesak napas dengan kriteria hasil:
1)
Klien tidak sesak
2)
Napasnya tidak
tersengal-sengal
3) Respirasi 12 – 20 kali / menit
|
1) Kaji
tanda-tanda vital
2) Ajarkan
teknik relaksasi
(tarik napas dalam)
3) Berikan
posisi tidur yang nyaman (semifowler)
4) Kolaborasi
dengan tim
medis lain dalam
pemberian O2
|
|
2
|
13/12/2011
|
II
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
klien berkurang dengan kriteria hasil:
1) Nyeri
berkurang dengan skala 0-3
2) Wajah
klien tidak meringis menahan nyeri
3) Tanda-Tanda Vital
TD: 100/70 mmHg
N : 80 kali / menit
S : 360C
RR : 12-20 kali/mnt
|
1)
Kaji nyeri secara komperhensif
2)
Berikan posisi semifowler
3)
Ajarkan tehnik relaksasi (tarik napas dalam)
4)
Tingkatkan istirahat
5)
Berikan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri
|
|
3
|
13/12/2011
|
III
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan istirahat
klien terpenuhi dengan kriteria hasil:
1) Frekuensi
tidur terpenuhi 8 jam.
2) Kantong
mata tidak menghitam.
3) Klien
nampak segar.
|
1) Kaji
frekuensi tidur klien.
2) Ciptakan
suasana yang nyaman.
3) Anjurkan
klien dan keluarga untuk menjaga kebersihan.
4) Batasi
pengunjung.
5) Kaji
penyebab klien tidak bisa tidur.
|
|
4
|
13/12/2011
|
IV
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terdapat
tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil:
1) Tidak
terdapat tanda-tanda radang
2) Luka
terlihat kering,
4) Tanda-Tanda Vital
TD: 100 / 70 mmHg
N : 80 kali/menit
S : 360C
RR : 12-20 x / mnt
|
1) Observasi
perkembangan luka.
2) Anjurkan
klien mengganti baju 2x sehari
3) Jaga
kebersihan klien dan lingkungan.
4) Anjurkan
klien makan tinggi protein, buah dan sayur.
5) Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian antibiotik
|
|
E.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tabel. 6 Catatan Keperawatan
No.
|
Tanggal/
Jam
|
Dx. Kep
|
Implementasi
|
Respon
|
Paraf
|
1
|
13/12/2011
Jam:
08.00 WIB
|
2
1,2
1,2
1
1,2,3,4
|
1)
Mengkaji
nyeri secara komperhensip
2) Memberikan
posisi semifowler.
3) Mengajarkan
teknik relak-
sasi (tarik
napas dalam)
4) Memberikan
terapi sesuai dengan advis dokter O2 :
2 liter / menit
5)
Mengukur
tanda-tanda vital.
|
-
Klien mengatakan masih merasakan nyeri dengan skala 6
P :
Setelah dilakukan
operasi
Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk.
R : perut bagian bawah.
S : Nyeri denagan
skala 6.
T : Pada saat digerakan.
-
Klien kooperaratif diposisikan semifowler.
- Klien mau
melakukan tarik napas dalam.
-
Klien mau dipasang selang oksigen kanul.
-
Klien mau diperiksa TTV dengan hasil :
TD = 100 / 70 mmttg
S = 36 0 C
N = 80 kali / menit
RR = 20 kali / menit
Klien mengatakan sudah tidak sesak napas.
|
|
2
|
13/12/2011
Jam:
09.00 WIB
|
2
4
|
1)
Kolagorasi
dengan dokter, memberikan obat antibiotic
(cefriaxon 1 gram per 1v)
2)
Kolaborasi
dengan dokter, pemberian obat analgetik (keterolac 1 amp per 1M
|
-
Klien mau disuntik, tidak ada
reaksi alergi.
- Klien mau disuntik, tidak ada reaksi alergi.
|
|
3
|
13/12/2011
Jam:
09.30 WIB
|
3
4, 3
2, 3
|
1) Menciptakan
suasana yang nyaman
(membatasi jam kunjungan)
2) Menganjurkan
klien dan
keluarga menjaga kebersihan.
3) Menanyakan
penyebab klien tidak bisa tidur .
|
- Klien dan keluarga mau membatasi jam kunjungan.
-
Klien dan keluarga mau menjaga kebersihan.
-
Klien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri.
|
|
4
|
13/12/2011
Jam:
10.00 WIB
|
4
4
4
4
|
1) Menganjurkan
klien mengganti baju 2 kali sehari.
2) Menganjurkan
klien banyak makan yang berprotein tinggi, buah dan sayur.
3) Mengganti
pempes
4) Perawatan
kateter
|
-
Klien mau dan menjalankan
apa yang dianjurkan perawat.
-
Klien mau menghabiskan
menu yang disediakan dirumah sakit (nanti kalau sudah flatus)
-
Klien mau diganti pempes
sama perawat.
-
Klien mau dibersihkan
bagian kewanitaannya.
|
|
F.
CATATAN
PERKEMBANGAN
Tabel.7 Catatan Perkembangan
Tanggal
|
Dx. Kep
|
Catatan
Perkembangan
|
Paraf
|
13/12/2011
|
1
|
S : Klien mengatakan sudah tidak sesak nafas
O :
- TD : 100 / 70 mmHg
-
Nadi : 80 kali / menit
-
Respirasi : 20 kali / menit
-
Suhu : 360 C
A :
Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
|
Ika
|
13/12/2011
|
2
|
S : Klien mengatakan masih merasakan nyeri
dengan skala 6.
O : -
-
Wajah klien meringis menahan nyeri
- Terdapat luka post
operasi pada perut bagian bawah kurang lebih 10 cm.
A :
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
-
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian analgetik ( ketorolac )
-
Ajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam
|
Ika
|
13/12/2011
|
III
|
S : -
O : Kantong
mata klien tampak hitam
A :
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
-
Ciptakan suasana
senyaman mungkin
-
Jaga kebersihan diri
dan lingkungan
|
Ika
|
13/12/2011
|
IV
|
S : Klien mengatakan
mau melakukan anjuran
perawat menjaga kebersihan
O : -
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
-
Tingkatkan intake
nutrisi
-
Kolaborasi pemberian
antibiotic (cefriaxon 1 gram per iv).
-
Cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan tindakan.
- Ganti balut
|
Ika
|
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis berusaha untuk
membandingkan antara teori dengan tinjauan kasus terhadap Ny. M dengan Post SC indikasi gemelly.
A.
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah salah satu kegiatan mengumpulkan dan mengkoordinasikan
data yang didapatkan dari berbagai sumber. Selain itu pengkajian merupakan
dasar untuk tindakan dan keputusan yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya.
Dalam pengkajian harus memperhatikan data dasar klien, informasi laboratorium, tes diagnostik
atau tim kesehatan yang merupakan
pengkajian data dasar.
Dalam pengkajian pada Ny. M dengan umur 28 tahun, jenis kelamin perempuan,
status kawin, agama Islam, suku bangsa Indonesia, pendidikan SMU, pekerjaan ibu
rumah tangga, alamat Dukuh Wringin Rt. 04, Rw. 02, Slawi Tegal. Data yang didapat adalah sebagai berikut: data
subyektif : klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah skala nyeri 6, sesak
napas, setelah operasi, klien sering terbangun karena nyeri, klien juga
mengatakan kapan ganti balutnya. Sedangkan data obyektif
yang didapat diantaranya : napasnya tersengal-sengal, respirasi 29 kali / menit,
terpasang O2 : 2 liter / menit, meringis menahan nyeri, terdapat
luka post op SC pda perut bagian bawah, kantong mata agak menghitam, tidur
malam 5 - 6 jam, terpasang DC no. 16, urin 1500 cc, terpasang infuse RL 20
tetes / menit.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa adalah
keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat
dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial (Aziz
Alimul, 2001:24).
Dari hasil pengkajian dirumuskan 3 diagnosa yang muncul pada Ny. M yaitu:
1.
Pola napas
tidak efektif
Menurut Carpenito, 2000:324 yang
dimaksud dengan pola napas tidak efektif adalah suatu keadaan dimana individu
mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan
sehubungan dengan ketidakmampuan untuk bernapas secara efektif. Secara teori untuk dapat memunculkan
diagnosa ini, harus terdapat salah satu batasan karakteristik seperti frekuensi
napas yang melebihi batasan normal, seperti respirasi 29 kali / menit.
Pada
pengkajian tanggal 13 Desember 2011, diperoleh data sebagai berikut: klien mengatakan
sesak napas dan napasnya juga tersengal-sengal, respirasi 29 kali / menit.
Dengan adanya data diatas, penulis membuat prioritas masalah pola napas tidak
efektif berhubungan dengan hipoventilasi, karena data-data di atas yang
ditemukan dalam pengkajian sesuai dengan di teori.
Tujuan yang
ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan klien sudah tidak sesak napas lagi, maka dari itu penulis
merencanakan memberikan O2 agar sesak napas bisa teratasi. Dengan
data subyektif klien mengatakan sudah tidak sesak, data obyektif frekuensi
pernapasan 20 kali / menit, tidak menggunakan oksigen lagi.
Pada kasus
ini, pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi sudah teratasi
dan hentikan intervensi. Dalam analisadata penulis mengatakan masalah sudah
teratasi karena berdasarkan tujuan yang penulis harapkan pada pasien sudah
terpenuhi. Dalam melakukan evaluasi ini penulis tidak menemui kendala dan
kesulitan yang berarti karena adanya kerja sama yang baik dari semua pihak.
2.
Nyeri
Menurut
Nanda nyeri berhubungan dengan agen cedera adalah pengalaman emosional dan
sensori, yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual
dan potensial atau menunjukan adanya kerusakan (Association For The Study Of
Pain).
Secara
teori untuk memunculkan diagnosa tersebut harus terdapat batasan karakteristik
seperti nyeri perut pada bagian bawah setelah dioperasi, klien tampak meringis
menahan nyeri.
Dari hasil
pengkajian tangal 13 Desember 2011, diperoleh data subyektif klien mengatakan
nyeri pada perut bagian bawah setelah di operasi. Melihat data yang di atas dan
terkait dengan batasan karakteristik maka penulis mengangkat diagnosa nyeri
berhubungan dengan agen cedera, dan pada saat pengkajian tanggal 13 Desember
2011 penulis mendapatkan data yang sama dengan batasan karakteristik antara
lain melaporkan nyeri secara verbal pada perut bagian bawah. Prioritas masalah
nyeri berhubungan dengan agen cedera sebagai diagnosa kedua karena dilihat dari
kebutuhan klien yaitu kebutuhan fisiologis menurut konsep hirarki Maslow serta
dari tingkat rasa nyaman.
Tujuan yang
ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri berkurang dan klien tidak meringis menahan nyeri.
Rencana
tindakan yang akan dilakukan penulis pada diagnosa keperawatan nyeri
berhubungan dengan agen cedera adalah melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif, rasionalnya adalah perawat mengetahui tingkat keparahan klien, ajarkan
teknik relaksasi (tarik napas dalam), rasionalnya untuk mengurangi rasa nyeri
saat ditekan atau dipalpasi, memberikan analgetik (keterolac), rasionalnya
untuk mengurangi rasa nyeri.
Tindakan yang dilakukan penulis
pada diagnosa nyeri berhubungan dengan agen cedera adalah mengkaji lokasi,
durasi dan frekuensi kualitas dan faktor presipitasi, ajarkan teknik relaksasi
(tarik napas dalam) dan berikan analgetik (keterolac).
Evaluasi
pada tanggal 13 Desember 2011 diperoleh data subyektif, klien mengatakan masih merasakan nyeri dengan skala 6, data obyektif wajah klien meringis
menahan sakit, respirasi 20 kali / menit. Analisa dari masalah yang ada adalah
masalah belum teratasi sehingga intervensinya
dilanjutkan yaitu pemberian analgetik, mengajarkan teknik relaksasi (tarik
napas dalam).
- Gangguan pola tidur
Menurut
Nanda gangguan pola tidur adalah keterbatasan waktu tidur secara alami terus
menerus, dalam periode kesadaran relatif meliputi jumlah dan kualitas.
Secara
teori untuk memunculkan diagnosa tersebut harus terdapat batasan karakteristik
seperti melaporkan secara verbal yaitu terbangun dalam waktu yang lama,
kerusakan pola normal karena diri sendiri melebihi dari 30 menit, insomnia
dipagi hari, terbangun lebih awal, jumlah tidur kurang dari kebutuhan 3 kali
atau lebih dan bangun malam hari.
Pada
pengkajian tanggal 13 Desember 2011 diperoleh data subyektif, klien sering terbangun karena merasa nyeri, data
obyektif bawah mata klien tampak kehitaman. Melihat data yang didapat terkait
dengan batasan karakteristik maka penulis mengangkat diagnosa gangguan pola
istirahat tidur berhubungan dengan nyeri. Pada saat pengkajian tanggal 13
Desember 2011 penulis mendapatkan data yang sama dengan batasan karakteristik
antara lain pasien terbangun karena merasa nyeri dan kualitas bawah mata klien
tampak hitam.
Tujuan yang
ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan kebutuhan tidur klien terpenuhi dengan kriteria hasil klien mampu
beristirahat, klien tampak segar.
Rencana tindakan
yang akan dilakukan penulis pada diagnosa tersebut adalah kaji penyebab tidur
klien, rasionalnya untuk menenangkan suasana, anjurkan klien dan keluarga
menjaga kebersihan, rasionalnya agar suasana nyaman, ciptakan suasana yang
nyaman selama istirahat, rasionalnya agar klien dapat beristirahat.
Tindakan
yang dilakukan penulis untuk diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan
nyeri adalah mengkaji penyebab klien tidak bisa tidur, membatasi jumlah pengunjung, menganjurkan
klien dan keluarga menjaga kebersihan.
Evalusi
pada tanggal 13 Desember 2011 diperoleh data subyektif, klien mengatakan sering terbangun, data
obyektif bawah mata klien tampak hitam. Dalam analisa masalah belum teratasi
sehingga masalah tersebut intervensinya dilanjutkan dengan menciptakan suasana
senyaman mungkin.
- Resiko infeksi
Menurut
Nanda resiko infeksi adalah peningkatan masuknya organism pathogen.
Secara
teori untuk memunculkan diagnosa tersebut harus terdapat batasan karakteristik
seperti prosedur invasif, tidak cukup pengetahuan dalam menghadapi paparan
lingkungan, ruptur membran amniotik, agen permesitikal (imunosupresan),
malnutrisi, trauma jaringan, perubahan sekresi pH.
Secara teori untuk dapat
memunculkan diagnosa ini harus terdapat salah satu batasan karakteristik dan
faktor resiko seperti prosedur invansif, trauma jaringan seperti terdapat luka
post operasi pada perut bagian bawah.
Pada
pengkajian tanggal 13 Desember 2011 diperoleh data subyektif,
klien mengatakan kapan balutan akan
diganti, data obyektif terdapat luka post operasi pada perut bagian bawah
terpasang DC 1500 cc, terpasang infuse RL 20 tetes / menit. Melihat data yang
ada dan terkait batasan karakteristik dan
faktor resiko yang ada maka dirumuskan diagnosa resiko infeksi
berhubungan dengan trauma jaringan, prosedur invansif. Penulis mengangkat
diagnosa resiko infeksi karena pada saat pengkajian penulis menemukan data yang
sama pada batasan karakteristik.
Faktor
resiko yaitu prosedur invansif yang merupakan etiologi, dimana prosedur
invansif akan mengakibatkan kerentangan terhadap bakteri yang merupakan pintu
masuk bagi kuman atau mikro organisme penyebab infeksi.
Prioritas
masalah resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan prosedur invansif
dirumuskan sebagai diagnosa keempat karena dilihat dari kebutuhan rasa nyaman
dan aman serta masih bersifat resiko.
Tujuan yang
ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak terjadi pada klien dengan kriteria hasil tidak terdapat
tanda-tanda infeksi dan luka kering.
Rencana
tindakan pada diagnosa keperawatan ini adalah observasi perkembangan luka,
rasionalnya untuk mengetahui tingkat keparahan luka, menjaga kebersihan,
rasionalnya memberikan rasa nyaman dan mencegah infeksi sekunder, tingkatkan
intake nutrisi, rasionalnya nutrisi yang cukup dapat membantu keseimbangan
metabolik dan daya tahan tubuh, kolaborasi pemberian antibiotic, rasionalnya
untuk membantu menghindari terjadinya infeksi.
Tindakan
keperawatan yang dapat penulis lakukan adalah mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan, mengobservasi perkembangan luka, melakukan
kolaborasi pemberian terapi antibiotik (memberikan injeksi ceftriaxon 1 gram/iv).
Evaluasi
pada tanggal 13 Desember 2011 diperoleh data subyektif klien mau mengikuti anjuran
perawat, data obyektif luka masih basah (luka baru). Analisa data masalah
tersebut adalah masalah belum teratasi sehingga perencanaan dilanjutkan
tingkatkan intake nutrisi, kolaborasi pemberian antibiotik, cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan tindakan, gunakan teknik seperti antiseptik.
BAB V
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan post
operasi sectio caesaria indikasi gemelly di Ruang Nusa Indah RSUD
dr. Soeselo Slawi pada tanggal 13 Desember 2011, maka dengan ini penulis dapat
mengambil kesimpulan yaitu :
1. Sectio caesaria
adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melaui
dinding depan perut.
2. Gemelly adalah
satu kehamilan dengan dua janin atau
lebih.
3.
Pada Ny. M ditemukan data subjektif dan objektif sebagai
berikut :
Data subjektif :
Klien mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah, skala nyeri 6, sesak napas setelah operasi, klien sering terbangun
karena nyeri, klien juga mengatakan
kapan ganti balutnya.
Data objektif :
Napasnya tersengal-sengal, tespirasi 29
kali/menit, terpasang O2 2 liter/menit, meringis menahan nyeri, terdapat luka
post operasi pada perut bagian bawah, kantong mata agak meghitam, tidur malam 5 - 6 jam, terpasang DC no.16, terpasang infus
RL 20 tetes / menit.
4.
Pada Ny. M ditemukan empat
diagnosa keperawatan yaitu pola napas tidak efektif, nyeri, gangguan pola tidur, dan resiko
tinggi infeksi.
5. Implementasi yang bisa diakukan
oleh penulis hanya sebagian. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan
kondisi klien.
6. Evaluasi dengan kasus yang
dikelola oleh penulis satu yang teratasi dan yang tiga belum teratasi.
B.
SARAN
Dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan, pengetahuan dan
pemahaman tentang asuhan keperawatan
pada klien dengan post operasi section caesaria dengan indikasi gemelly,
penulis menekankan pentingnya penyuluhan kesehatan karena dengan pengetahuan
dan pemahaman tentang penyakitnya diharapkan klien dapat menghindari atau
membatasi komplikasi lebih lanjut.
1.
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada akademi agar dapat lebih memperbanyak buku-buku
yang dapat menunjang perkuliahan dan untuk pendidik lebih perbanyak
sumber-sumber buku panduan agar lebih luas pengetahuan dan informasi terkini
dalam pemberian informasi kepada mahasiswa/mahasiswi .
2.
Instansi / Rumah Sakit
Lebih
meningkatkan Profesionalisme untuk memberikan pelayanan yang terbaik
bagi pasien sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
3.
Pasien
Lebih mewaspadai
apabila ada kelainan atau ketidak nyamanan pada
diri pasien dan konsultasikan ke dokter atau tenaga kesehatan
terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Damall, Ahmad. 2003. Kamus
Kedokteran. EGC: Jakarta.
Elizabeth J Corwin.2003.Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.
Http:medlinox.
Blogspoot. Com: 2007.
Johnson M. Mas M Moorheads.2000.Nursing out Come
Classification
NOC).Mosby Philadelphia.
Mansjoer,Arief,
dkk, Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius: Jakarta.
Mochtar R. 1998. Synopsis Obstetric Fisiologi,
Obstetric Patologi. EGC:
Jakarta.
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika.
Santoso, Budi.
2005-2006. Panduan Diagnosa Nanda. Prima Medika: Jakarta.
Suddart, Brunner, 1999.Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. EGC: Jakarta.
Wilkinson W. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. EGC:
Jakarta.
Wiknjosastro Hanif.
2002. Ilmu Kebidanan. YBP-SP: Jakarta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TINJAUAN TEORI
A.
DEFINISI
Cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar Roestam, 1998).
B.
JENIS-JENIS SECTIO CAESAREA
1.
Abdomen ( Sectio Caesarea Abdominalis )
a.
Sectio
Caesarea Transperitonealis
1)
Sectio
Caesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada corpus uteri.
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
corpus uteri kira – kira 10 cm.
Kelebihan
-
Mengeluarkan
janin lebih cepat
-
Tidak menyebabkan
komplikasi tertariknya vesica urinaria
-
Sayatan
bisa diperpanjang proximal atau distal.
Kekurangan
-
Mudah
terjadi penyebaran infeksi intra abdominal karena tidak ada
retroperitonealisasi yang baik.
-
Sering
terjadi rupture uteri pada persalinan berikutnya.
2)
Sectio
Caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah
rahim.
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang (
konkaf ) pada segmen bawah rahim, kira – kira 10 cm.
Kelebihan:
-
Penutupan
luka lebih mudah.
-
Penutupan
luka dengan retroperitonealisasi yang
baik.
-
Tumpang
tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke
rongga peritoneum.
-
Perdarahan
kurang.
-
Kemungkinan
terjadi rupture uteri spontan kurang / lebih kecil daripada cara klasik.
Kekurangan:
-
Luka
dapat melebar ke kiri , ke kanan dan ke
bawah sehingga dapat menyebabkan arteri Uterina putus sehingga terjadi
pendarahan hebat.
-
Keluhan
pada vesica urinaria post operatif tinggi.
b.
Sectio
Caesarea Extraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan
demikian tidak membuka cavum abdomen.
2.
Vagina ( Sectio Caesarea Vaginalis )
Menurut arah sayatan rahim, section caesarea dapat dilakukan
sebagai berikut:
a.
Sayatan
memanjang ( longitudinal menurut Kronig.
b.
Sayatan
melintang ( transversal ) menurut Kerr.
c.
Sayatan
huruf T ( T incision )
C. KOMPLIKASI
1.
Infeksi puerperal ( nifas )
a.
Ringan, ditandai dengan adanya kenaikan suhu beberapa
hari saja.
b.
Sedang, ditandai dengan kenaikan suhu lebih tinggi,
dehidrasi dan perut kembung.
c.
Berat, dengan
peritonitis, sepsis atau ileus paralitik.
2.
Pendarahan, disebabkan oleh:
a.
Banyak
pembuluh darah terputus.
b.
Atonia
uteri
c.
Perdarahan
pada plasental bed.
3.
Luka Vesica Urinaria, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
retroperitonealisasi terlalu tinggi.
4.
Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
D. ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian data utama klien
a.
Identitas
Klien
b.
Status
kehamilan
c.
Riwayat
kehamilan
d.
Riwayat
kesehatan
2.
Pengkajian fungsional
a.
Tinjauan
ulang catatan prenatal dan intra operatif serta indikasi section caesarea.
b.
Sirkulasi
: pucat, riwayat hipertensi, pendarahan ( 600 – 800 mL )
c.
Integritas
ego : gembira, marah, takut, pengalaman kelahiran.
d.
Eliminasi : urine, bising usus.
e.
Makanan
/ cairan : abdomen lunak, tidak ada distensi, nafsu makan, berat badan, mual,
muntah.
f.
Neurosensori
: kerusakan gerakan, tingkat anastesi
g.
Nyeri :
trauma bedah, nyeri penyerta, distensi vu, mulut kering.
h.
Pernafasan
: bunyi nafas
i.
Keamanan
: balutan abdomen, eritema, bengkak.
j.
Seksualitas
: Kontraksi fundus, letak, lochea
k.
Aktivitras
: kelelahan, kelemahan, malas.
3.
Pengkajian lanjutan
a.
Observasi tanda – tanda vital.
b.
Pengkajian
head to toe
4.
Diagnosa keperawatan
a.
Gangguan
rasa nyaman, nyeri b.d trauma pembedahan.
b.
Resiko
tinggi infeksi b.d penyembuhan jaringan belum terjadi
c.
Kerusakan
integritas kulit b.d luka section caesarea.
d.
Perubahan
eliminasi urine b.d trauma mekanis, efek anastesi.
5.
Intervensi
a.
Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d trauma pembedahan
Kriteria
hasil:
1)
Klien
mampu mengidentifikasi dan mengatasi nyeri / ketidaknyamanan dengan tepat.
2)
Klien
mengungkapkan nyeri berkurang.
3)
Klien
relaks, mampu istirahat.
Intervensi
1)
Tentukan
karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan, perhatikan isyarat verbal dan non
verbal.
2)
Monitor
tanda – tanda vital
3)
Ubah
posisi klien, berikan tindakan kenyamanan dan posisi nyaman.
4)
Ajarkan
latihan nafas dalam.
5)
Anjurkan
ambullasi dini.
6)
Kolaborasi
pemberian analgesic.
b.
Resiko tinggi infeeksi b.d penyembuhan jaringan belum terjadi.
Kriteria hasil :
1)
Klien
bebas dati tanda – tanda infeksi.
2)
Tanda –
tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
1)
Pantau
tanda – tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.
2)
Observasi
proses penyembuhgan luka.
3)
Pertahankan
teknik aseptic pada perawatan luka.
4)
Observasi
terhadap adanya drainase.
5)
Kolaborasi
pemberian antibiotika sesuai indikasi.
Daftar
Pustaka:
1.
Cunningham.
Mac Donald. Grant obstetric Williams. Ed 18 Jakarta: EGC, 1995.
2.
Hamilton
PM, Dasar – Dasar Keperawatan Maternitas Ed 6, Jakarta : EGD. 1995.
3.
Mansjoer,
Arif, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Ed 3, Jakarta : Media Aesculapius. 1999
4.
Mochtar
R. Sinopsis Obstetric Jilid 1. Ed 2. Jakarta: EGC.1998
5.
Dongoes,
Moorhouse, Rencana Perawatan Maternal/Bayi Ed 1, Jakarta : EGC 2001.